Refleksi Eksistensi dan Inovasi Bawaslu Wonogiri di Masa Non-Tahapan Pemilu.
|
Wonogiri – Pasca Pemilu dan Pemilihan 2024, aktivitas lembaga penyelenggara pemilu dinilai minim terlihat oleh publik. Salah satunya adalah Badan Pengawas Pemilihan Umum (Bawaslu). Meski begitu, Bawaslu Kabupaten Wonogiri menegaskan tetap aktif melaksanakan tugas pengawasan sesuai dengan amanat Undang-Undang Nomor 7 Tahun 2017 tentang Pemilihan Umum, termasuk di masa non tahapan. Di tengah opini publik yang menganggap lembaga pengawas pemilu “diam” usai tahapan pemilu, Bawaslu Wonogiri menyatakan terus melakukan pengawasan, seperti terhadap Pemutakhiran Data Pemilih Berkelanjutan (PDPB). Anggota Bawaslu Kabupaten Wonogiri menyebut, masa non tahapan justru menjadi tantangan tersendiri bagi lembaga untuk tetap menjaga eksistensinya. Terbatasnya anggaran akibat kebijakan efisiensi dari pemerintah pusat tidak menyurutkan langkah lembaga pengawas pemilu untuk tetap berinovasi.
“Bawaslu tidak hanya bekerja saat tahapan pemilu berlangsung. Di masa non tahapan, kami justru gencar melakukan upaya edukasi dan advokasi untuk membangun kesadaran publik tentang pentingnya pemilu yang jujur dan adil,” ungkap Mugiyono Anggota Bawaslu Wonogiri.
Luncurkan Program “Bawaslu Mengajar” di Sekolah
Sebagai bentuk konkret pencegahan pelanggaran sejak dini, Bawaslu Wonogiri mengembangkan program “Bawaslu Mengajar di SMA/SMK”. Program ini menyasar pemilih pemula di sekolah-sekolah menengah atas sebagai bagian dari edukasi politik. Sebelumnya, program ini telah dilaksanakan pada 2024, dan mendapatkan sambutan positif dari pihak sekolah dan peserta didik. Melihat antusiasme tersebut, program dikembangkan lebih luas pada 2025. Pada akhir Mei 2025, tim Bawaslu Wonogiri telah melakukan koordinasi awal dengan beberapa sekolah di wilayah Wonogiri. Program ini dilaksanakan tanpa anggaran khusus, namun tetap melibatkan narasumber dari internal Bawaslu maupun eksternal, seperti KPU Wonogiri.
Sekolah Dipilih karena Miliki Potensi Besar
Pemilihan sekolah sebagai sasaran program bukan tanpa alasan. Bawaslu menilai pemilih pemula adalah kelompok yang penting untuk dibekali pengetahuan politik sejak dini.
“Anak-anak SMA/SMK adalah pemilih pemula yang relatif masih polos dan belum terpengaruh kepentingan pragmatis. Mereka ibarat kertas putih yang bisa diisi dengan nilai-nilai positif tentang demokrasi,” ujar Mugiyono
Melalui program ini, siswa diharapkan memahami proses dan pentingnya pemilu, menumbuhkan kesadaran politik, serta menolak praktik negatif seperti politik uang dan penyebaran hoaks. Tujuan akhirnya adalah membentuk generasi pemilih yang cerdas, kritis, dan bertanggung jawab dalam menentukan pilihan politik.
Jaga Eksistensi Lewat Inovasi dan Edukasi
Bawaslu Wonogiri menyatakan bahwa masa non tahapan bukan alasan untuk berdiam diri. Justru di saat inilah eksistensi lembaga diuji.
“Dengan keterbatasan anggaran, kreativitas dan komitmen menjadi kunci. Melalui edukasi di sekolah, kami ingin menunjukkan bahwa pengawasan pemilu tidak berhenti hanya pada saat tahapan, tetapi berlangsung sepanjang waktu,” tegas Mugiyono
Melalui program “Bawaslu Mengajar”, Bawaslu Wonogiri berharap mampu memperluas jangkauan pengawasan melalui pendekatan edukatif, dan mencetak generasi pemilih yang mampu membuat keputusan politik secara rasional dan bertanggung jawab demi masa depan demokrasi yang lebih baik.
Penulis : AL
Editor : AL